Senin, 08 Desember 2008

Revolusi (?)


Kadang kala terpikir, berapa energi kalori yang terbuang setiap hari, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di negeri ini. Mulai dari menghindari senggolan kendaraan tiap pagi (padahal kita sudah menghindar, masih juga dipepet...), hingga konfirmasi kedatangan rapat kantor (padahal sudah dikirimi fax sebelumnya), dari anak yang keukeuh menaruh gelas di lantai (padahal sudah diberi 'nyaho' sebelumnya) sampai masih juga sholat subuhku yang terlambat (padahal sudah pasang alarm di HP).....belum lagi dari setiap jam kita dicekoki iklan TV yang tak beretika lagi.

Itu baru yang kecil-kecil, belum kalo pagi-pagi baca koran tentang korupsi/kolusi BLBI milyaran, masyarakat korban Lapindo yang diterlantarkan (!!!), tokoh capres yang semakin lebih dari 2 lusin dan merasa layak jadi presiden, pemerintah yang (katanya) masih diperintah (asing).....

Dig !!! pusing...kapan bisa terjadi negeri yang tentram, nyaman, semua teratur, rapih, aman, bersih, sehat, menyejukkan mata, istiqomah, tak ada rasial, berjalan sesuai kaidah hati (kebenaran), tak ada 'ngerasani', tak ada gosip....

Ah.....apakah bisa terjadi, atau memang dunia diciptakan dengan variasi kehidupan, agar ada nilai kesabaran+perjuangan (yang hasilnya pahala), tapi BTW kembali lagi ; mungkin terlalu banyak energi yang terbuang percuma yang seharusnya tidak dikeluarkan......apakah menunggu perbaikan itu berjalan perlahan sejalan waktu (5 tahun? 15 tahun? 50 tahun? 100 tahun?) negeri ini bisa benar-benar mencapai utopianya (untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, tentram)?

Aku percaya evolusi dapat dimulai dari diri kita tentunya, sebagai unit partikel dari perubahan tersebut, tapi mengapa menunggu begitu lama? apakah sampai menunggu cucu cicit kita mengarahkan telunjuknya ke arah kakek dan moyangnya atas derita yang dialaminya?

Apakah kita memerlukan suatu revolusi (pemikiran dan gerakan) untuk perbaikan cucu cicit kita?

Jawabnya : terserah kita.
Powered By Blogger