Jumat, 24 Oktober 2008

Di sana menanti

Ibarat serumpun kembang

Di padang belantara


Ibarat sergapan wangi melati

Di kolam kawah yang meletup


Ibarat cicit burung ladang

Di belantara padang terbakar


Ibarat sejumput rempah

Di belanga ramuan tuba


Kemana kah dirimu hendak melangkah

Adakah waktu untuk menanti?

Kamis, 23 Oktober 2008

Seperti masuk lorong waktu (2)

Setelah menemukan kembali kawan-kawan semasa kuliah s-1 dulu dan intens berkomunikasi selama 6 bulan terakhir ini, bagiku itu merupakan hal yang menakjubkan (lihat posting "seperti masuk lorong waktu"), karena bagaikan melayang ke masa lalu. Naah, ceritanya seminggu yang lalu tiba-tiba masuk sms ke HP-ku dari kawan SMAN-ku (dulu kan namanya tuh masih SMAN) dan ngobrol-ngobrol lah tentang kawan-kawan semasa SMA, dan ternyata mereka syukurnya jadi orang-orang baik semua..he..he..he..padahal dulunya hampir tiap hari berantem ala koboy one by one (1 lawan 1), ga seperti anak sekarang tawuran (ga berani sendirian kali ?!), juga temen mabal (bolos). Ternyata, teknologi kalo digunakan dengan hal yang baik, akan sangat bermanfaat sekali, seperti menjalin silaturahim dari yang terputus bertahun-tahun (nyaris 20 tahun yang lalu!).
BTW, semoga ada tindak lanjut yang positif, coz baru kontak-kontakan dan katanya ex- kelas angkatan di SMAN7 Bandung-ku lagi mo bikin milis. Semoga bisa diwujudkan dan ada manfaatnya...Amiiin....

Jumat, 17 Oktober 2008

Sekilas masyarakat Dayak


”Dayak” adalah nama kolektif yang kemudian membentuk sebuah label etnik untuk menyebut kira-kira 450 suku asli yang mendiami pulau Kalimantan (Borneo). Untuk memahami kultur Dayak tidak cukup dengan hanya mempelajari aspek hukum adat, bahasa dan ritus kematiannya. Antar subsuku, kita pun dapat menemukan ciri yang khas yang menjadi pembeda antara mereka. Misalnya, kita dapat menambahkan faktor tempat tinggal, nama sungai dan kesamaan musik antara kelompok kecil yang disebut subsuku-subsuku pada masyarakat Dayak (Djuweng dan Krenak, 2005).
Di dalam hasil penelitian etnolinguistik Tahun 2008 yang dilakukan Tim Institut Dayakologi Kalimantan Barat, didapatkan bahwa masyarakat (suku) Dayak di Kalimantan Barat saat ini memiliki 151 subsuku dan 168 bahasa (Alloy dkk, 2008).
Tulisan lengkap dapat anda dapatkan pada link di sidebar kanan pada kotak "Tulisan Dayak".

Rabu, 01 Oktober 2008

Sepatu Baru di Iedul Fitri


Iedul Fitri, Eid Mubarak atau sangat populer di Indonesia dengan nama “Lebaran”, merupakan hari yang dinanti-nanti oleh sebagian besar umat islam di Indonesia, karena setelah satu bulan penuh berpuasa (Shoum) di bulan Romadhan, sejatinya ibarat bayi yang baru dilahirkan -- tanpa dosa -- pada hari itu kita dibersihkan kembali dari dosa-dosa dan diberikan pahala yang berlimpah ruah selama bulan Ramadhan. Tentunya semua itu merupakan kebarokahan yang tiada taranya dari Alloh S.W.T. Bagaimana kita tidak bergembira? Bila setiap hari dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali, tentunya kita bisa dipastikan berbuat dosa (sedikitnya dosa-dosa kecil, misal menterlantarkan waktu), nah pada hari Fitri, kita dikembalikan bersih kepada kesucian diri kita. It’s all the greatest given!

Jadi, apa yang perlu kita sikapi di hari Fitri tersebut? Bersenang-senang atau bersedih? Atau kedua-duanya? Bisa jadi kedua-duanya…senang karena mendapatkan limpahan ampunan dan pahala serta bersedih karena belum tentu kita tahun depan mendapatkan hal yang sama.

Lantas, ada yang menggelitik di hati. Ada kebiasaan (budaya tepatnya?!), bila dalam mengisi hari Fitri, kita (aku) disibukkan dengan membuat ketupat, kue, membeli pakaian baru, sepatu baru, semua baru, bahkan mungkin CD baru (Oops..sorry!). Sepanjang semua itu diniati baik (menyenangkan sanak keluarga, menghormati tamu/saudara yang akan datang), sama sekali tidak jadi masalah dan that’s alright ! Namun bila diniati untuk hal yang kurang baik (misal Pamer) atau mengganggu kekhusuan kita beribadah, mungkin itu yang belum pas. Ya, mungkin saja yang semestinya kita khusuk puasa, tapi malah kita dengan gampangnya membatalkan puasa (mokel) karena kehausan/kelaparan setelah seharian kecapean cari baju baru, atau kecapean kerja berat untuk mencari bekal membeli baju baru/sepatu baru. Na’udzubillah min dzalik…semoga kita terhindar dari kelakuan itu. Pada akhirnya, bila demikian, hari Fitri adalah menjadi Antiklimaks dari perjuangan ibadah kita di bulan Romadhon, dan juga tentunya sebuah Ironi yang Tragis.
Powered By Blogger